Jumat, 27 Mei 2016
De Boutique Style Hotel Malang
Minggu lalu saya dan teman - teman stay di Malang tiga hari dua malam, karena mengejar Serah Terima pekerjaan. Malang adalah kota yang sering saya jadikan jujukan, selain dekat dengan rumah juga karena memang disana banyak wahana wisata.
Di Malang sekarang sudah banyak sekali pilihan hotel apabila ingin stay disana, minimal setahun sekali saya dan keluarga stay disana saat liburan lebaran karena memang kampung halaman nenek moyang saya ada di Blitar dimana rute yang dilewati adalah Malang. Nah setiap kali stay di Malang kami selalu atau sebisa mungkin mencoba atau mencari hotel yang berbeda dengan hotel yang sebelumnya pernah saya kunjungi.
Termasuk kemaren ke Malang pas ada urusan kerjaan, kami stay di De Boutique Style Hotel, Pak Iwan yang dapat hotel tersebut dan kebetulan saya baru itu stay di hotel tersebut.
Hotel yang terletak di Jl. Kaliurang No. 53 tersebut cukup bagus, bersih, rapi dan cocok buat menerima tamu apabila kita ada janji bertemu dengan orang karena selain lobby banyak area yang tersedia meja dan kursi yang layak buat nerima tamu.
Fasilitas yang mereka sediakan adalah 48 luxurious suites hotel room, free wifi, AC, 32" & 43" LED TV, kingkoil matterss, 24 hour front desk staff, morning bite dan masih banyak lagi. Kamar superior dua bed yang meraka sediakan cukup layak, tidak luas memang tapi bersih dan rapi, air kamar mandi juga lancar dan ada air panasnya.
Menu saat sarapan pagi cukup enak, saat itu mereka menyediakan menu gado - gado, bumbu kacangnya pas mantap. Dengan rate yang murah sekitar 300k per kamar per malam dan kelebihan yang mereka punya maka De Boutique Style Hotel layak untuk dijadikan alternatif pilihan saat stay di Malang.
Demikian review saya kali ini, semoga bermanfaat.
salam
Di Malang sekarang sudah banyak sekali pilihan hotel apabila ingin stay disana, minimal setahun sekali saya dan keluarga stay disana saat liburan lebaran karena memang kampung halaman nenek moyang saya ada di Blitar dimana rute yang dilewati adalah Malang. Nah setiap kali stay di Malang kami selalu atau sebisa mungkin mencoba atau mencari hotel yang berbeda dengan hotel yang sebelumnya pernah saya kunjungi.
Termasuk kemaren ke Malang pas ada urusan kerjaan, kami stay di De Boutique Style Hotel, Pak Iwan yang dapat hotel tersebut dan kebetulan saya baru itu stay di hotel tersebut.
Hotel yang terletak di Jl. Kaliurang No. 53 tersebut cukup bagus, bersih, rapi dan cocok buat menerima tamu apabila kita ada janji bertemu dengan orang karena selain lobby banyak area yang tersedia meja dan kursi yang layak buat nerima tamu.
Fasilitas yang mereka sediakan adalah 48 luxurious suites hotel room, free wifi, AC, 32" & 43" LED TV, kingkoil matterss, 24 hour front desk staff, morning bite dan masih banyak lagi. Kamar superior dua bed yang meraka sediakan cukup layak, tidak luas memang tapi bersih dan rapi, air kamar mandi juga lancar dan ada air panasnya.
Menu saat sarapan pagi cukup enak, saat itu mereka menyediakan menu gado - gado, bumbu kacangnya pas mantap. Dengan rate yang murah sekitar 300k per kamar per malam dan kelebihan yang mereka punya maka De Boutique Style Hotel layak untuk dijadikan alternatif pilihan saat stay di Malang.
Menunggu tamu : 24 jam non stop front desk |
Nyaman : Lobby hotel yang lumayan lebar |
Kawinan : Salah satu sudut hotel yang seperti kursi mempelai |
Tersedia tempat : Jajaran meja kursi yang layak buat menerima tamu di hotel |
Rapi : Terlihat resto diambil dari lantai 2 |
Superior : Kamar superior dengan TV LED 32" |
Empuk : Kamar superior dua bed dengan Kingkoil Matterss |
Demikian review saya kali ini, semoga bermanfaat.
salam
Kamis, 26 Mei 2016
Sneaker dan Smartphone Kembali Lagi
Alhamdullilah ya Allah,
Kejadian beruntun yang menguji keikhlasan saya alami dalam tiga hari yang lalu, ceritanya saya hari Senin kemaren pergi ke Kediri untuk urusan kerjaan. Berangkat bareng dengan Pak Wandi dan Nono, seperti biasa di dalam bagasi mobil ada dua sepatu sneaker saya yang memang setiap hari tidak pernah saya turunkan, bahkan biasanya ada tiga sneaker. Saat itu memang bawaan material project lumayan banyak ditambah tas tiga orang jadi bisa kebayang kan penuhnya bagasi mobil saat itu.
Sampai di Kediri beberapa material ada yang diturunkan, tas juga ada yang turun karena memang saat itu Nono stay di Kediri. Sebelum itu juga disana ketambahan tasnya Dwi yang ikut mobil saya untuk jadi driver sementara buat nganterin keliling melihat project.
Jadi kondisi terkahir di bagasi mobil tinggal tas saya dan tasnya Pak Wandi dan beberapa material yang jumlahnya tidak sebanyak awalnya, jauh lebih longgar bagasinya. Pulang dari Kediri sekitar jam 11 malam, karena sudah jam segitu maka Pak Wandi yang nyetir sementara saya jadi navigator selama mungkin hanya setengah jam saja selebihnya tidur sampai Surabaya, hehehe sorry ya Pak Wandi.
Singkat cerita Pak Wandi turun sampai depan rumahnya di sekitar Karah, akhirnya saya paksakan mata yang lengket ini buat nyetir sampai rumah dan alhamdullilah sampai rumah dengan selamat. Seperti biasanya pagi hari setelah ngantar kakak Nay berangkat sekolah dan sebelum berangkat kerja saya bersihkan mobil. Saat membuka bagasi saya tidak melihat sneaker Nike Elite warna merah disebelah sneaker Puma Whirlwind Classic warna biru, saya cari dibawah jok mobil juga gak ketemu, "wah alamat jatuh pas teman - teman ambil material dan tas semalam kali ya ?" kata saya dalam hati. Kemudian saya langsung telepon Nono dan Dwi tapi mereka tidak tahu, akhirnya saya mencoba ikhlas untuk kehilangan salah satu sneaker meskipun saya belum telepon Pak Wandi, karena pasti juga gak akan tahu sepatu itu dimana.
Itu kejadian pertama yang menguji keikhlasan saya, hari Rabunya saya berangkat ke Jakarta bareng Pak Wandi, saya bertemu dengan Pak Wandi pertama kalinya sejak saya kehilangan sneaker karena Selasa kemarennya saya langsung ke Malang jadi tidak ketemu dengan Pak Wandi. Pada saat chekin di bandara Juanda saya cerita ke Pak Wandi soal sneaker saya dan tidak diduga ternyata sepatunya ada di Pak Wandi karena pada saat ambil tas di bagasi sepatu saya tanpa sengaja juga ikut kebawa.
"Sorry Pak, sepatu sampeyan kebawa aku pas ngambil tas di bagasi kemaren, hahahaha", kata Pak Wandi sambil tertawa.
Mungkin karena capek, ngantuk dan kurang air putih jadi sepatu orang ikut diangkut, hehehe, gagal fokus.
Ceritanya belum selesai sampai disitu, saat sampai Jakarta saya dan Pak Wandi bingung mau kemana karena kita sampai sana jam 10.30 sedangkan acara meetingnya jam 15.00. Karena Pak Wandi belum pernah ke Monas akhirnya kita naik taxi Gading dari Bandara Soetta ke Monas, yah buat nyenengin Pak Wandi lah, hehe. Biasanya saya selalu pakai Bluebird tapi karena kamaren pas kosong dan antrinya panjang akhirnya pakai Gading, itu pertama kalinya pakai Gading. Ada yang aneh sih saat itu, saya biasanya selalu melihat nomor lambung taxi tapi kemaren tidak, yang kedua identitas driver selalu ada di depan, tapi kemaren juga tertutup sama kertas jadi gak kebaca atau terlihat. Trus di awal driver juga nawarin pakai argo atau tidak, kalau tidak alias carter dikenakan 200k termasuk tol dan service charge, kemahalan menurut saya, perkiraan saya kalau pakai argo total semua mungkin sekitar 150k . Dalam perjalanan saya dan Pak Wandi juga merasa kurang nyaman bukan karena apa - apa tapi karena driver tersebut ngantuk berat karena semalam habis narik sampai jam 3 pagi katanya.
Singkat cerita kami sampai juga di Monas, smartphone yang selalu saya pegang saya letakkan di jok saat akan bayar taxi, nah kejadiannya disini, saya yang biasanya selalu care terhadap barang bawaan saya saat keluar taxi kemaren bisa lupa kalau smartphone masih ada di jok. Setelah bayar taxi saya langsung ambil tas dan keluar tanpa melihat ke jok lagi. Setelah banyak langkah meninggalkan taxi dan taxi juga sudah pergi menjauh dari kami saya ingin menyiapkan smartphone itu buat persiapan jadi tukang foto buat Pak Wandi, hehehe. Saat membuka tas ternyata smartphone tidak ditemukan dan saya langsung sadar kalau Samsung A8 tersebut tertinggal di jok belakang taxi Gading. Saya panik saat itu, keringat keluar banyak dari tubuh saya, gimana tidak panik nomor lambung taxi saya tidak tahu, nama dan no telp driver juga tidak ada, Pak Wandi mencoba menenangkan saya dengan mengajak sholat dhuhur, akhirnya kamipun sholat dulu. Setelah sholat Pak Wandi masih mencoba telepon ke nomor saya dan masih nada sambung tapi tidak diangkat, apa karena drivernya tidur atau tidak terdengar ada telepon dari smartphone yang ada di jok belakang ya ? Saya langsung berpikiran negatif.
Akhirnya Pak Wandi pun telepon ke 108 buat tanya no telepon kantor atau pangkalan taxi Gading setelah dapat masukan dari driver Go-jek di sekitar situ. Setelah dapat nomor telepon pangkalan, saya telepon dan tersambung, saya jelaskan historinya, belum sampai selesai pulsa Pak Wandi habis jadi laporan saya belum bisa di tindak lanjuti. Karena di sekitar situ tidak ada ATM akhirnya saya minta tolong Pak Iwan (Big Boz) yang ada di Surabaya untuk beli pulsa nomornya Pak Wandi, setelah pulsa masuk dan sambil perjalanan ke acara meeting saya telepon lagi ke pangkalan taxi Gading yang ada di Kelapa Gading, dan akhirnya saya dikasih no telepon Pak Supardi koordinator taxi Gading yang ada di Terminal 3 Bandara Soetta. Langsung saya telepon Pak Supardi dan alhamdullilah tersambung, Pak Supardi sangat welcome orangnya, dia menerima laporan saya dan langsung malakukan pencarian yang nanti hasilnya akan dia laporkan ke saya by phone.
Beberapa jam setelah itu belum ada kabar dari Pak Supardi, sampai akhirnya smartphone saya sudah tidak aktif lagi, tidak ada nada sambung lagi saat di telepon, lebih putus asa lagi saat saya telepon Pak Sumardi tapi tidak aktif, pada saat itu saya sudah ikhlas untuk kehilangannya.
Meeting masih berjalan akhirnya Pak Supardi telepon untuk memberi tahu kalau nomor lambung taxi yaitu 128 dan sekarang dia sedang menunggu taxi tersebut masuk ke pangkalan yang ada di Bandara Soetta. Pak Supardi tidak bisa telepon ke driver karena katanya tidak punya nomor barunya, konon katanya nomornya sering ganti.
Di dalam hati saya banyak sholawat dan istighfar, saya sudah punya rencana untuk beli smartphone lagi, sebenarnya selain smartphone itu ada hal lain yang juga penting yaitu kontak person dan file yang ada di dalamnya. Setelah ikhlas, hati saya sudah tenang, tidak seperti sebelumnya.
Masih dalam meeting, akhirnya sekitar jam 16.00 Pak Sumardi telepon dan mengatakan kalau smartphone Samsung sudah ada sama Dia, Alhamdullilah ya Allah. Akhirnya kabar baik datang pada saya. Setelah meeting selesai segara saya berangkat ke pengendapan taxi yang berada di sekitar Bandara Soetta. Dalam perjalanan saya banyak baca istighfar, saat itu perasaan saya senang karena harapan smartphone saya kembali muncul kembali.
Sampai di pengepulan taxi saya bertemu dengan Pak Supardi, orangnya sudah berumur, tapi kelihatan kalau orangnya baik dan Dia memberikan sendiri Samsung A8 kepada saya.
Terimakasih Pak Driver, Pak Supardi & Pak Wandi, berkat orang - orang baik tersebut smartphone saya kembali lagi.
Itulah "sentilan atau teguran" dari Allah buat saya, sneaker & smartphone dipinjam sebentar saja saya sudah kebingungan. Astaghfirullahaladhim.
Sekali lagi Alhamdullilah Ya Allah, semua punyaMu dan akan kembali kepadaMu. Apabila Allah menghendaki everything is possible.
salam
Kejadian beruntun yang menguji keikhlasan saya alami dalam tiga hari yang lalu, ceritanya saya hari Senin kemaren pergi ke Kediri untuk urusan kerjaan. Berangkat bareng dengan Pak Wandi dan Nono, seperti biasa di dalam bagasi mobil ada dua sepatu sneaker saya yang memang setiap hari tidak pernah saya turunkan, bahkan biasanya ada tiga sneaker. Saat itu memang bawaan material project lumayan banyak ditambah tas tiga orang jadi bisa kebayang kan penuhnya bagasi mobil saat itu.
Sampai di Kediri beberapa material ada yang diturunkan, tas juga ada yang turun karena memang saat itu Nono stay di Kediri. Sebelum itu juga disana ketambahan tasnya Dwi yang ikut mobil saya untuk jadi driver sementara buat nganterin keliling melihat project.
Jadi kondisi terkahir di bagasi mobil tinggal tas saya dan tasnya Pak Wandi dan beberapa material yang jumlahnya tidak sebanyak awalnya, jauh lebih longgar bagasinya. Pulang dari Kediri sekitar jam 11 malam, karena sudah jam segitu maka Pak Wandi yang nyetir sementara saya jadi navigator selama mungkin hanya setengah jam saja selebihnya tidur sampai Surabaya, hehehe sorry ya Pak Wandi.
Singkat cerita Pak Wandi turun sampai depan rumahnya di sekitar Karah, akhirnya saya paksakan mata yang lengket ini buat nyetir sampai rumah dan alhamdullilah sampai rumah dengan selamat. Seperti biasanya pagi hari setelah ngantar kakak Nay berangkat sekolah dan sebelum berangkat kerja saya bersihkan mobil. Saat membuka bagasi saya tidak melihat sneaker Nike Elite warna merah disebelah sneaker Puma Whirlwind Classic warna biru, saya cari dibawah jok mobil juga gak ketemu, "wah alamat jatuh pas teman - teman ambil material dan tas semalam kali ya ?" kata saya dalam hati. Kemudian saya langsung telepon Nono dan Dwi tapi mereka tidak tahu, akhirnya saya mencoba ikhlas untuk kehilangan salah satu sneaker meskipun saya belum telepon Pak Wandi, karena pasti juga gak akan tahu sepatu itu dimana.
Itu kejadian pertama yang menguji keikhlasan saya, hari Rabunya saya berangkat ke Jakarta bareng Pak Wandi, saya bertemu dengan Pak Wandi pertama kalinya sejak saya kehilangan sneaker karena Selasa kemarennya saya langsung ke Malang jadi tidak ketemu dengan Pak Wandi. Pada saat chekin di bandara Juanda saya cerita ke Pak Wandi soal sneaker saya dan tidak diduga ternyata sepatunya ada di Pak Wandi karena pada saat ambil tas di bagasi sepatu saya tanpa sengaja juga ikut kebawa.
"Sorry Pak, sepatu sampeyan kebawa aku pas ngambil tas di bagasi kemaren, hahahaha", kata Pak Wandi sambil tertawa.
Mungkin karena capek, ngantuk dan kurang air putih jadi sepatu orang ikut diangkut, hehehe, gagal fokus.
Ceritanya belum selesai sampai disitu, saat sampai Jakarta saya dan Pak Wandi bingung mau kemana karena kita sampai sana jam 10.30 sedangkan acara meetingnya jam 15.00. Karena Pak Wandi belum pernah ke Monas akhirnya kita naik taxi Gading dari Bandara Soetta ke Monas, yah buat nyenengin Pak Wandi lah, hehe. Biasanya saya selalu pakai Bluebird tapi karena kamaren pas kosong dan antrinya panjang akhirnya pakai Gading, itu pertama kalinya pakai Gading. Ada yang aneh sih saat itu, saya biasanya selalu melihat nomor lambung taxi tapi kemaren tidak, yang kedua identitas driver selalu ada di depan, tapi kemaren juga tertutup sama kertas jadi gak kebaca atau terlihat. Trus di awal driver juga nawarin pakai argo atau tidak, kalau tidak alias carter dikenakan 200k termasuk tol dan service charge, kemahalan menurut saya, perkiraan saya kalau pakai argo total semua mungkin sekitar 150k . Dalam perjalanan saya dan Pak Wandi juga merasa kurang nyaman bukan karena apa - apa tapi karena driver tersebut ngantuk berat karena semalam habis narik sampai jam 3 pagi katanya.
Singkat cerita kami sampai juga di Monas, smartphone yang selalu saya pegang saya letakkan di jok saat akan bayar taxi, nah kejadiannya disini, saya yang biasanya selalu care terhadap barang bawaan saya saat keluar taxi kemaren bisa lupa kalau smartphone masih ada di jok. Setelah bayar taxi saya langsung ambil tas dan keluar tanpa melihat ke jok lagi. Setelah banyak langkah meninggalkan taxi dan taxi juga sudah pergi menjauh dari kami saya ingin menyiapkan smartphone itu buat persiapan jadi tukang foto buat Pak Wandi, hehehe. Saat membuka tas ternyata smartphone tidak ditemukan dan saya langsung sadar kalau Samsung A8 tersebut tertinggal di jok belakang taxi Gading. Saya panik saat itu, keringat keluar banyak dari tubuh saya, gimana tidak panik nomor lambung taxi saya tidak tahu, nama dan no telp driver juga tidak ada, Pak Wandi mencoba menenangkan saya dengan mengajak sholat dhuhur, akhirnya kamipun sholat dulu. Setelah sholat Pak Wandi masih mencoba telepon ke nomor saya dan masih nada sambung tapi tidak diangkat, apa karena drivernya tidur atau tidak terdengar ada telepon dari smartphone yang ada di jok belakang ya ? Saya langsung berpikiran negatif.
Akhirnya Pak Wandi pun telepon ke 108 buat tanya no telepon kantor atau pangkalan taxi Gading setelah dapat masukan dari driver Go-jek di sekitar situ. Setelah dapat nomor telepon pangkalan, saya telepon dan tersambung, saya jelaskan historinya, belum sampai selesai pulsa Pak Wandi habis jadi laporan saya belum bisa di tindak lanjuti. Karena di sekitar situ tidak ada ATM akhirnya saya minta tolong Pak Iwan (Big Boz) yang ada di Surabaya untuk beli pulsa nomornya Pak Wandi, setelah pulsa masuk dan sambil perjalanan ke acara meeting saya telepon lagi ke pangkalan taxi Gading yang ada di Kelapa Gading, dan akhirnya saya dikasih no telepon Pak Supardi koordinator taxi Gading yang ada di Terminal 3 Bandara Soetta. Langsung saya telepon Pak Supardi dan alhamdullilah tersambung, Pak Supardi sangat welcome orangnya, dia menerima laporan saya dan langsung malakukan pencarian yang nanti hasilnya akan dia laporkan ke saya by phone.
Beberapa jam setelah itu belum ada kabar dari Pak Supardi, sampai akhirnya smartphone saya sudah tidak aktif lagi, tidak ada nada sambung lagi saat di telepon, lebih putus asa lagi saat saya telepon Pak Sumardi tapi tidak aktif, pada saat itu saya sudah ikhlas untuk kehilangannya.
Meeting masih berjalan akhirnya Pak Supardi telepon untuk memberi tahu kalau nomor lambung taxi yaitu 128 dan sekarang dia sedang menunggu taxi tersebut masuk ke pangkalan yang ada di Bandara Soetta. Pak Supardi tidak bisa telepon ke driver karena katanya tidak punya nomor barunya, konon katanya nomornya sering ganti.
Di dalam hati saya banyak sholawat dan istighfar, saya sudah punya rencana untuk beli smartphone lagi, sebenarnya selain smartphone itu ada hal lain yang juga penting yaitu kontak person dan file yang ada di dalamnya. Setelah ikhlas, hati saya sudah tenang, tidak seperti sebelumnya.
Masih dalam meeting, akhirnya sekitar jam 16.00 Pak Sumardi telepon dan mengatakan kalau smartphone Samsung sudah ada sama Dia, Alhamdullilah ya Allah. Akhirnya kabar baik datang pada saya. Setelah meeting selesai segara saya berangkat ke pengendapan taxi yang berada di sekitar Bandara Soetta. Dalam perjalanan saya banyak baca istighfar, saat itu perasaan saya senang karena harapan smartphone saya kembali muncul kembali.
Sampai di pengepulan taxi saya bertemu dengan Pak Supardi, orangnya sudah berumur, tapi kelihatan kalau orangnya baik dan Dia memberikan sendiri Samsung A8 kepada saya.
Terimakasih Pak Driver, Pak Supardi & Pak Wandi, berkat orang - orang baik tersebut smartphone saya kembali lagi.
Itulah "sentilan atau teguran" dari Allah buat saya, sneaker & smartphone dipinjam sebentar saja saya sudah kebingungan. Astaghfirullahaladhim.
Sekali lagi Alhamdullilah Ya Allah, semua punyaMu dan akan kembali kepadaMu. Apabila Allah menghendaki everything is possible.
salam
Langganan:
Postingan (Atom)