Label

Jumat, 02 Oktober 2015

Jalan – Jalan Ke Gunung Merapi

Kerja sambil wisata adalah sesuatu yang lazim bagi semua orang, termasuk saya, hehehehe. Sangat antusias untuk sebagian orang atau malah buat semua orang apabila dalam bekerja atau bertugas ke luar kota kita bisa sekalian melakukan refreshing.



Tanggal 7 september 2015 kemaren saya pergi ke Kota Yogjakarta untuk aktivitas kerja, bukan rutinitas hanya kebetulan ada proyek yang akan on going di sana. Pada saat itu saya menggunakan mobil, tentunya dibantu sama Pak Munip yang bagian injak pedal gas dan rem alias sang pengemudi. Kebetulan saat itu saya pergi barengan sama Pak Iwan alias Big Boz so kendaraan yang dipakai adalah Fortuner. Baru kali naik Fortuner untuk perjalanan jauh. Menurut saya kendaraan tersebut cukup nyaman tapi bagi Big Boz masih kurang empuk susupensinya, wajar sih ....... kan Big Boz udah pernah ngerasain semua jenis kendaraan. Weis mantap Pak Big Boz, pizzzz.


Berangkat dari Surabaya sekitar pukul 20.00 wib dan sampai di Yogja kurang lebih pukul 03.00 wib esoknya. Begitu sampai hotel kita istirahat dulu dalam mobil sambil nunggu sholat subuh. Setelah sholat kita ke naik ke lobby hotel untuk menanyakan early checkin bisa apa tidak, dan ternyata bisa meskipun kena charge 50 % dari rate, it’s OK yang penting kita bisa mandi – mandi dulu sebelum aktivitas kerja dimulai.

Setelah sarapan soto khas Yogja di luar hotel yang menurut saya porsinya sangat minim karena ukuran perut saya, Pak Iwan dan Pak Munip adalah ukuran perut kuli, kami lakukan meeting internal dengan PIC kami di sana yaitu Pak Rudi dan tim. Kebetulan hotel yang kami tempati letaknya di Jl. Seturan yang tidak jauh dari basecamp teman – teman kita disana jadi perjalanan Pak Rudi dari basecamp ke hotel tidak membutuhkan waktu yang lama. Setelah ngobrol santai dengan tim kami lanjutkan untuk ke hotel di daerah Malioboro. Disana kita sudah ditunggu sama orang BTS untuk melakukan Kick Of Meeting proyek MCP area Bantul. Selesai KOM sekitar jam 13.00 wib kemudian kita lanjutkan cari makan siang.

Di atas meja pas makan siang Pak Iwan cerita soal pengalamannya pergi ke Museum Merapi. Dengan kemampuannya bercerita membuat  kami yang belum pernah kesana jadi penasaran. Bahkan Pak Rudi pun yang sudah stay di Yogja sekitar 3 bulan juga belum pernah ke sana. Jadi singkat cerita selesai makan siang kita cuz ke Merapi. Perjalanan ditempuh kurang lebih 45 – 60 menit dari tempat makan siang kita ........ deket juga ya.

Yang namanya Gunung pasti hawanya sejuk, begitu jalan yang kita lewati sudah mulai menanjak maka hawa sejuk sudah mulai terasa. Sangat terasa bedanya jika dibandingkan dengan Yogja kota. Begitu mamasuki area wisata Merapi kita disambut sama warga lokal yang ramah dan tentunya basecamp – basecamp persewaan mobil Jepp karena mamang untuk naik ke Museum Merapi tidak boleh menggunakan mobil pribadi. Jadi si Fortuner kita parkir di salah satu basecamp persewaan Jeep tersebut. Tarif yang ditawarkan adalaha sebagai berikut :
·        Short Trip            : Rp. 300.000
·        Medium Trip       : Rp. 400.000
·        Long Trip             : Rp. 500.000
Harga tersebut sudah baku dan tidak bisa di tawar, kata mereka harga midweek atau weekend sama saja. Tanpa berpikir panjang kita ambil yang medium trip, kita pilih mobil yang paling bagus yang saat itu ada di basecamp.

Perjalananpun dimulai, belum sampai 100 m jalan berbatu sudah di depan mata, goncangan pertama terasa sangat karena memang baru kali ini kami off road, hiks hiks hiks. Tujuan pertama adalah Museum, sampai di sana kami langsung disambut rumah – rumah warga yang sudah hancur hanya tinggal tembok. Ternyata tempat yang digunakan sebagai Museum adalah bekas rumah warga. Hanya atapnya sudah direnovasi tetapi bangunan induknya masih asli bekas terkena awan panas Merapi pada tahun 2010. Di teras Museum kita sudah disuguhi tulang – tulang sapi yang tersusun yang belum sempat di evakuasi pada saat itu. Banyak barang – barang rumah tangga yang bisa kita lihat di Museum tersebut mulai meja, kursi, peralatan makan, komputer, tv, radio, jam dinding bahkan motorpun ada dan masih banyak lagi saksi bisu keganasan awan panas Merapi.


Destinasi selanjutnya adalah Bungker. Naik ke atas setelah Museum kita menuju Bungker, disana terdapat foto Bungker sebelum dan sesudah terkena awan panas Merapi. Informasi dari guide pada waktu bencana awan panas tahun 2010 di Bungker tersebut ada korban jiwa sebanyak 2 orang. Dari atas Bungker kita bisa melihat rumah Mbah Marijan sang Juru Kunci Merapi yang juga menjadi korban pada saat itu. Dibalik pemandangan yang bisa kita nikmati ada cerita – cerita yang bisa membuat kita sadar betapa tidak berartinya kita dihadapan Allah SWT.

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Batu Allien, begitu mereka memberi nama sebuah batu besar yang membentuk wajah manusia, kira – kira berdiameter 2 meter. Batu tersebut terbawa oleh muntahan Gunung Merapi sampai ke tempat tersebut yang jaraknya kurang lebih 17 KM dari puncak Merapi. Bisa kita bayangkan betapa hebatnya tekanan dari dalam tanah sehingga batu yang begitu besar bisa terlempar sampai 17 KM, Subhanallah. Lagi – lagi kita merasa tidak pantas untuk bersifat sombong, yang boleh sombong hanya Allah SWT.


Setelah dari Batu Allien route kita selanjutnya adalah makam Mbah Marijan atau ke Kali yang saya lupa namanya. Akhirnya kami memelih ke Sungai tersebut. Dalam perjalannya kami melewati pemakaman umum tempat korban awan panas dimakamkan. Ada sekitar 21 warga yang jadi korban saat itu, ada sebuah prasasti yang ditempatkan di pinggir jalan dimana disitu tertulis nama – nama warga yang menjadi korban. Setelah sampai di area sungai kita bisa melihat keajaiban alam, disitu bisa dilihat dengan jelas batas pohon – pohon yang terkena awan panas dengan pohon – pohon yang tidak terkena sehingga itu seakan jadi pembatas, bahkan ada beberapa pohon yang sisi yang lain terkena awan panas sehinnga terbakar sedangkan sisi satunya tidak. Sungguh pemandangan yang sangat susah kita temui di tempat lain.   

Tanpa terasa 2.5 jam kami keliling offroad dengan Jepp CJ7 tahun berapa saya lupa, tapi yang pasti masih sangat layak untuk diajak nge-track. Sampai sudah kami di basecamp, ini merupakan perlajanan ke sekian kami dimana bekerja sambil wisata. Sampai disini semoga nanti bisa saya share lagi pengalaman selanjutnya.


Wassalamualaikum.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar